TITRASI IODIMETRI
Tujuan :
Menentukan kadar vitamin C dalam sample
Titrasi Iodimetri
adalah titrasi redoks yang menggunakan larutan standar iodium ( I2 )
sebagai titran dalam suasana netral atau
sedikit asam. Larutan iodium dibuat dengan cara menimbang I2 murni kemudian
dilarutkan dalam larutan KI atau KIO3.
Reaksi :
Zat Reduktor + I2 → 2I¯
+ ……...
Titik akhir titrasi
iodimetri
- Terbentuk warna biru,jika digunakan amylum sebagai indikator
- Terbentuk warna ungu, jika digunakan CCl4 atau CHCl3 sebagai indikator
Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat akibat terdapatnya I2 dalam jumlah banyak), alasannya kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat lambat akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum
Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodide oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S).
S2O32- + 2H+ -> H2SO3 + S
Pastikan jumlah iodide yang
ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit tereduksi dengan demikian
titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodide tidak akan mengganggu jalannya
titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I-
dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar